Pembelajaran
Berbasis ICT
Revolusi teknologi masa kini, khususnya komputer dan internet telah
mengubah cara pandang dan berpikir secara praktis dan efisien pada masyarakat
kita khusus
nya dan dunia pada umumnya. Kita semua dihadapkan pada ambang
gerbang transisi yang berbasis teknologi, dimana kecepatan penyampaian dan
menangkap suatu informasi menjadi sangat penting dalam rangka memajukan
pendidikan.
Pada era masyarakat yang dinamis atau menjelang era masyarakat
dinamis yang kita harapkan dapat terwujud di tahun–tahun mendatang, perlu
kiranya kita melakukan langkah persiapan secara optimal. Mengapa persiapan
tersebut tidak dimulai dari sekarang juga? Ilmu pengetahuan saja tidak lagi
cukup, sebab kita sudah berada di sekitar teknologi mobile, serba
nir–kabel, semua menuntut multimedialitas. Siap atau tidak pembelajaran
berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi/Technology Information &
Comunication (TIK/ICT) harus dimulai sejak sekarang.
Mendayagunakan teknologi komunikasi dan informasi di sekolah adalah
salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Berbagai
penelitian baik di dalam maupun di luar negeri menunjukkan bahwa pemanfaatan
bahan ajar yang dikemas dalam bentuk media berbasi ICT dapat meningkatkan
kualitas pendidikan.
Bersamaan dengan itu, pada generasi e–learning ini, kesadaran
masyarakat akan proses belajar mengajar dengan menggunakan media ICT akan
semakin besar.
Berangkat dari keadaan tersebut, saat ini juga merupakan waktu yang
tepat untuk merangsang masyarakat agar mulai menggunakan teknologi dalam upaya
pengembangan sumber daya manusia.
Namun demikian, media pembelajaran berbasis ICT dan pemanfaatanya
berupa e–learning masih belum banyak dikembangkan dan dimanfaatkan di
Indonesia. Oleh karena itu, perlu ditumbuhkan kesadaran masyarakat untuk lebih
member perhatian pada peningkatan kuantitas dan kualitas media pembelajaran
berbasis ICT dan pemanfaatannya di Indonesia.
Ada tiga komponen penting yang harus disiapkan untuk menuju
masyarakat berbasis pengetahuan menggunakan ICT, yaitu :
·
Infrastruktur
· SDM
· Konten
dan aplikasi
A.
INFRASTRUKTUR
Pengembangan
infrastruktur ICT pada lingkungan pendidikan di Indonesia sudah dimulai sejak
tahun 1995, juga tumbuhnya ICT Center disetiap kabupaten/kota sejak tahun 2000,
namun terlihat semakin pesat sejak tahun 2006 dengan dikembangkannya Jejaring
Pendidikan Nasional (Jardiknas). menghubungkan seluruh kantor dinas pendidikan
propinsi, kabupaten/kota, sekolah-sekolah dan perguruan tinggi.
Jejaring
ini dibuat untuk memperlancar dan mengoptimalkan arus komunikasi, data dan
informasi antar pelaksana pendidikan, sehingga data dan informasi menjadi lebih
optimal, lancar, transparan, efektif dan efisien.
Secara
umum, Jardiknas dapat menjadi 3 zona, yaitu:
1.
Zona
Kantor Dinas Pendidikan / Institusi
Zona ini
menghubungkan kantor-kantor dinas pendidikan propinsi, kabupaten/kota, PPPG,
LPMP, Balai Bahasa, SKB dan institusi pendidikan lainnya. Jaringan pada zona
ini diprioritaskan untuk implementasi transaksi on line Sistem Informasi
Manajemen (SIM) Pendidikan.
1) Zona Perguruan Tinggi (Inherent)
Zona ini
menghubungkan perguruan tinggi yang ada pada 33 propinsi, dan disebut juga
dengan Inherent (Indonesia Higher Education Network) aringan ini
diprioritaskan untuk pelaksanaan riset dan pengembangan perguruan tinggi,
sehingga menggunakan bandwidth yang cukup besar.
2)
Zona
Sekolah
Zona ini akan dikembangkan pada tahun 2007 dan
menghubungkan 6500 sekolah dengan menggunakan teknologi ADSL. Zona ini
dikembangkan dalam area yang terbatas oleh kemampuan layanan ADSL yang dapat
dicapai oleh PT Telkom
2.
SUMBER
DAYA MANUSIA
Pengembangan SDM juga
dilakukan Depdiknas sejak dilakukan sosialisasi tentang Internet pada tahun
1999. Sejak saat itu banyak pelatihan ICT, antara lain:
Pelatihan Internet, SMK TI,
Networking, Pelatihan Multimedia, Ketrampilan kompter dan Pengelolaan
Informasi, hingga Java Education National Network, serta pelatihan Jardiknas.
Selain pelatihan, juga banyak
disiapkan pendidikan formal untuk peningkatan kompetensi guru, diantaranya : S2
Magister TI Terapan, D4 TI, S2 Game Teknologi , D3 TKJ dll.
Jardiknas adalah jejaring
besar di Indonesia yang diakui oleh Dewan ICT Nasional sebagai salah satu dari
7 Flagship ICT Nasional. Untuk mendukung peran Jardiknas sebagai super highway
bagi e-Learning dan e-Administration Pendidikan Nasional, maka kebutuhan SDM
yang cakap dan kreatif dalam mengembangkan bahan-bahan ajar berbasis ICT dan
memutakhirkan Data Pokok Pendidikan dari titik-titik sekolah (SchoolNet) ke
titik Pusat di Depdiknas Jakarta. Untuk itulah Biro PKLN memandang penting
diselenggarakannya program Pelatihan Program berbasis ICT ini untuk mengenalkan
Jardiknas kepada Kepala, Guru, Tata Usaha, dan Pustakawan Sekolah/Madrasah yang
diharapkan dapat memenuhi kapasitas content e-Learning dan e-Administration
serta kesinambungan Jejaring Pendidikan Nasional (Jardiknas).
3.
KONTEN
DAN APLIKASI ELEARNING
a)
Internet
sebagai Media Pengajaran
Di
Amerika, negara asal kemunculan internet, internet digunakan sebagai penghubung
antar universitas. Kehadiran internet di Amerika identik dengan pengajaran dan
penyebarluasan ilmu pengetahuan. Bagaimana dengan Indonesia ? lain halnya
dengan Indonesia, kehadiran internet identik dengan Bisnis (ecommerce, ISP) dan
entertainment. Komersialisasi komponen internet membuat biaya akses internet di
indonesia membumbung enam kali lipat lebih mahal daripada di negara asal
kemunculan internet. Yang menjadi pertanyaan, benarkah internet sangat penting
dan mendukung dalam sektor pengajaran? Terkait
dengan pola pengajaran konfensional yang berbasis pertemuan langsung/tatap
muka, apakah mereka akan tergantikan dengan kehadiran internet?
Seiring
pertambahan penduduk maka kebutuhan akan pengajaran juga semakin besar.
Sayangnya, peningkatan kebutuhan ini sering kali tidak diimbangi dengan
peningkatan prasarana pengajaran,baik kuantitas maupun kualitas.
Pertambahan
jumlah pengajar tidak sebanding pertambahan kebutuhan yang ada. Ketika suatu
instansi pengajaran membuka program/kelas baru. hal ini tidak diimbangi dengan
penambahan jumlah pengajar. Akibatnya, waktu dan tenaga yang dialokasikan
semakin terbatas. Secara otomatis peningkatan kualitas yang diharapkan tidak
akan tercapai.
Keterbatasan
ruang dan waktu menjadi kendala utama bagi peningkatan kualitas pengajaran.
Pertambahan jumlah peserta didik pada suatu lembaga pengajaran berpotensi
mengurangi kualitas interaksi antara pengajar dan peserta didik sehingga hasil
yang maksimal, dalam rupa pengajaran berkualitas, semakin jauh dari harapan. Pemanfaatan
internet dalam dunia pengajaran akan membantu dunia pengajaran meningkatkan
kuantitas peserta didik. Akan semakin banyak peserta didik yang dapat direngkuh
melalui internet. Selain peningkatan kuantitas, hal yang sama pun berlaku pada
pada sisi kualitas. Seperti disinggung diatas, peningkatan kuantitas peserta
didik dapat mendegradasi kualitas pengajaran yang diperolehnya.nPengadaan
teknologi internet, dapat menjadi salah satu antisipator terhadap kemungkinan
tersebut.
Titik
sentral pengajaran adalah hubungan antara pengajar dan peserta didik. Pada metode
pengajaran konvensional, hubungan antara pengajar dengan peserta didik sangat
erat, yang erat ini melibatkan fitrah manusia sebagai manusia yang butuh
sentuhan perasaan (empati) dari pengajar dalam transfer pengetahuan. Oleh
karena itu kualitas pengajaran konfensional dikenal sangat baik dan mampu
menghasilkan manusia yang bukan hanya pandai, melainkan juga terdidik. Kita
mengenal hubungan ‘santri –kiai’, lalu sistem ‘usrah’ (seperti pada Universitas
Islam Antar Bangsa) dimana profesor duduk melingkar bersama pera peserta didik
dan asisten, dan juga sistem, ‘talk and chalk’ pada universitas –
universitas terkemuka di dunia. Sistem pengajaran semacam itu memang sangat
baik. Akan tetapi, seiring peningkatan jumlah peserta didik, haruskah kita
tetap bertahan pada pola lama tanpa melibatkan teknologi di dalamnya?
Teknologi
internet mengemuka sebagai media yang multirupa. Komunikasi melalui internet
bisa dilakukan secara interpersonal (misalnya e-mail dan chatting) atau secara
massa, dikenal one to many communition (misalnya mailing list).
Internet
juga mampu hadir secara real time audio visual seterti pada metode
konvensional dengan adanya aplikasi teleconference.
Berdasarkan
hal tersebut maka internet sebagai media pengajaran mampu mengadakan
karakteristik yang khas, yaitu
{1} sebagai media interpersonal dan massa;
{2} bersifat interaktif;
{3} memungkinkan komunikasi secara sinkron
maupun ansinkron {tunda}.
ini
memungkinkan peserta didik melakukan komunikasi dengan sumber ilmu secara lebih
luas jika dibandingkan dengan hanya menggunakan media konfensional.
TI
menunjang peserta didik yang mengalami keterbatasan ruang dan waktu untuk tetap
bisa meninkmati pengajaran. Metode talk and chalk, nyantri, usrah dapat
dimodifikasi dalam bentuk komunikasi melalui e-mail, (mailing list). Metode ini
mampu menghilangkan gap antara pakar dan peserta didiknya. Suasana yang hangat
dan nonformal pada mailing list ternyata menjadi cara pembelajaran yang efektif
seperti peda metode usrah.
Berdasarkan
uraian diatas, bisa dikatakan bahwa internet bukanlah pengganti sistim
pengajaran. Kehadiran internet lebih bersifat suprementer dan pelengkap. Metode
konvensional tetap diperlukan, hanya saja bisa dimodifikasi kebentuk lain.
Metode talk and chalk mengalami modifikasi menjadi online conference.
Metode nyantri dan usrah mengalami modifikasi menjadi diskusi melalui mailling
list.
b)
Web
Portal Belajar dan Distance Learning
Tahap
awal pemanfaatan internet dalam pengajaran berbentuk model Web Portal
Belajar. Model ini menggunakan internet sebagai penunjang peningkatan
kegiatan belajar mengajar dikelas.Jadi, peningkatan kualitas pengajaran masih
sangat mengutamakan tatap muka dikelas.
Model Web
Portal Belajar menjadikan internet sebagai penyedia sumber belajar yang
bisa diakses secara online. Internet juga menjadi sarana bagi peserta didik
untuk meningkatkan komunikasi, baik sesama peserta didik,peserta didik dengan
pengajar, atau peserta didik dengan pengajar, atau peserta didik dengan
kelompok lain diluar institusi sekolah. Model ini meningkatkatkan kualitas
pengajaran yang diberikan diruang kelas karena terdapat pengayaan materi, baik
yang berasal dari kegiatan tatap muka dikelas maupun yang ada di internet.
Apabila
pihak institusi pengajaran telah mampu menerapkan model Web Portal Belajar maka
institusi bisa mengembangkan ke tahap selanjutnya yang disebut pembelajaran
jarak jauh / distance learning, pengajar dan peserta didik terpisah oleh
waktu dan ruang.Walau demikian, diskusi masih bisa dilaksanakan, baik secara
sinkron maupun asinkron. Seluruh kegiatan pengajaran dilakukan melalui internet
sehingga kegiatan tatap muka secara fisik tidak diperlukan. Dalam distance
learning, internet bukan hanya berperan sebagai pendukung kegiatan
pengajaran,melainkan juga faktor utama yang menentukan jalannya pengajaran.
Bagaimana
tidak ? Tanpa koneksi internet maka pengajaran tidak akan dapat berjalan.
Pembelajaran
jarak jauh (distance learning) melalui internet harus tetap melibatkan
empati para pengajar sehingga terjadi hubungan erat antara pengajar dan peserta
didik. Tanpa empati, pengajaran dalam arti sesungguhnya tidak terjadi dan yang
berlangsung hanyalah proses transfer informasi. Untuk itu, institusi yang
mengadakan distance learning harus memperhatikan unsur-unsur sebagai
berikut:
1) Pusat kegiatan peserta didik .
Sebagai community
web distance learning maka ia harus bisa menjadi sarana bagi pusat kegiatan
peserta didik,diantaranya menambah kemampuan, membaca materi kuliah,mencari
informasi, dan sebagainya. Untuk itu , institusi perlu merancang sebaik mungkin
web yang disajikan sehingga bisa menampung semua kebutuhan peserta didik.
Institusi juga harus membuka diri kepada para peserta didik sehingga
penjaringan ide bagi pengembangan aplikasi yang ada bisa berjalan lebih cepat.
2) Interaksi dalam grup.
Para
peserta didik harus bisa saling berinteraksi satu sama lain walaupun tidak
berada pada satu tempat /ruangan yang sama. Mereka bisa saling berdiskusi
tentang materi yang diberikan oleh para pengajar. Dosen bisa hadir dalam
diskusi ini dengan memberikan ulasan awal sebelum diskusi dimulai. Oleh karena
itu, instusi yang benar-benar terjun dalam pola distance learning harus
pula mempersiapkan aplikasi yang bisa menjalin interaksi antara semua komponen
yang terlibat dalam pengajaran.
3) Sistem administrasi peserta didik .
Unsur
ini tidak boleh diabaikan .Karena dalam distance learning peserta didik
tidak hadir secara fisik pada institusi yang ada maka format administrasi yang
perlu dibangun akan lebih komplek bila dibandingkan pola pengajaran konvensial.
Perlu dikembangkan juga aplikasiyang memungkinkan peserta didikuntuk mengetahui
statusnya (prestasi), jumlah SKS (Sistem Kredit Semester) yang telah ditemouh,
mata kuliah yang akan diambil pada semester selanjutnya, cara pembayaran biaya pengajatran,
dan sebagainya. Hal yang tidak boleh dilupakan oleh institusi pengajaran adalah
jaminan keamanan terhadap data pribadi para peserta didik.
Kerahasiaan
data ini mutlak dan institusai tidak berhak menjualnya kepada pihak lain.
Institusi pengajaran perlu melengkapi diri dengan aplikasi pengamanan jaringan
internet (seperti firewall, enkripsi data dan sebagainya).
Aplikasi
keamanan jaringan akan mengurangi peluang kebocoran data peserta didik yang
beresiko tinggi apabila berhadapan dengan pihak-pihak tak bertanggung jawab.
4) Evaluasi materi.
Evaluasi
sangat perlu dilakukan agar peserta didik maupun institusi pengajaran bisa
mengetahui sejauh mana efektifitas pengajaran yang dilakukan. Evaluasi ini juga
membantu peserta didik dalam mengetahui tingkat pemahaman materi yang disajikan.
5) Perpustakaan digital.
Dalam distance
learning, perpustakaan digital merupakan hal yang wajib. Tanpa adanya
perpustakaan digital maka peserta didik akan mengalami kesulitan dalam mencari
literarut yang dibutuhkan dalam proses pengajaran. Ketidakhadiran perpustakaan
digital akan sangat menurunkan kualitas pengajaran yang ada karena peserta
didik tidak mampu hadir secara fisik untuk memperoleh sumber informasi
pengajaran yang dimiliki perpustakaan digital hendaknya tidak hanya berupa
buku, tetapi juga literasi berbentuk video, dan image.
6) Materi online pendukung lainnya.
Selain
perpustakaan digital yang menyajikan sumber ilmu yang dimiliki oleh institusi
pengajaran, peserta didik juga harus diberi link ke sumber informasi lannya.
Situs-situs pendukung yang sekiranya mampu meningkatkan pemahaman peserta didik
terhadap materi yang adaperlu disajikan dalam aplikasi distance learning,
peserta didik juga harus diberikan kesempatan untuk bisa mengisikan link pada
aplikasi distance learning sehingga peserta didik lain bisa memperoleh
manfaat yang lebih progresif. Dengan keterlibatan peserta didik, diharapkan
tumbuh loyalitas untuk saling berbagi informasi sehingga bisa membantu peserta
didik lain dalam memperoleh manfaat dari distance learning ini.
c) Aplikasi Internet untuk eLearning
Internet
menyediakan banyak kemudahan bagi dunia pengajaran. Sebenarnya, suatu institusi
yang akan mengadakan pengajaran online tidak perlu susah-susah membangun
perangkat lunak untuk e-learning yang dibutuhkannya. Telah tersedia berbagai
pilihan aplikasi yang bisa dimanfaatkan demi memperlancar jalannya proses
pengajaran. Pilihan aplikasi yang tersedia sangat beragam, mulai yang gratis (di
bawah open source project) hingga komersial (dibawah vendor tertentu).
Ketika
memutuskan utuk menerapkan distance learning, yang harus dilakukan
pertama kali adalah memahami model CAL+CAT (Computer Assisted Learning+Computer
Assisted Teaching) yang akan diterapkan. Beberapa model CAL+CAT, diantaranya
adalah :
1)
Learning
Management System (LMS).
LMS
merupakan kendaraan utama dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Kumpulan
perangkat lunak yang ada didesain untuk pengaturan pada tingkat individu, ruang
kuliah, dan institusi.
Karakter
utama LMS adalah pengguna yang merupakan pengajar dan peserta didik, dan
keduanya harus terkoneksi dengan internet untuk menggunakan aplikasi ini.
2)
Computer
Based Training (CBT) / Course Authoting Package (CAP).
CBT
adalah perangkat lunak online untuk proses pembelajaran secara local pada
masingmasing computer peserta didik. Perangkat lunak ini juga bias diterapkan
secara online. Kebanyakan pengguna menggunakannya secara offline karena factor bandwith
yang dibutuhkan CBT untuk memproses large video. CAP adalah
perangkat lunak untuk mengembangkan lunak CBT.
3)
Virtual
Laboratory.
ViLAB
adalah lingkungan dimana peserta didik dapat memperoleh pengalaman praktis
secara maya/virtual . ViLAB umumnya dipasang secara offline pada masing-masing
komputer peserta didik, namun saat ini sudah banyak aplikasi online.
Aplikasi Pendukung
a. Digital Library
Digital
Library menawarkan kemudahan bagi para pengguna untuk mengakses
resource-resource elektronik dengan alat yang menyenangkan pada waktu dan
kesempatan yang terbatas. Pengguna tidak lagi tertarik terhadap operasional
secara fisik jam perpustakaan dan tidak dapat berkunjung keperpustakaan secara
fisik untuk mengakses resource-resourcenya. Disinilah Digital Library sebagai
alat untuk memfasilitasi dan memecahkan atas keterbatasan-keterbatasan
tersebut.
Digital
Library belum didefinisikan secara jelas untuk dapat dijadikan standar atau
acuan dalam dunia pendidikan. Beberapa kata seperti “Electronic Library” atau
“Virtual Library” yang merupakan sinonimnya mungkin lebih dikenal dan sering
digunakan. Assotiation of Research Library menyandarkan pada Karen
Drabenstott’s Analytical Review of the Library of the Future [Drabenstott] atas
inspirasinya dalam mendefinisikan Digital Library, Drabenstott menawarkan 14
definisi yang dipublikasikan antara tahin 1987 dan 1993. Secara umum
perbedaan-perbedaan definisi tersebut dapat disederhanakan sebagai berikut :
·
Digital Library memerlukan
teknologi untuk menghubungkan banyak resource, perpustakaan dan pelayanan
informasi.
·
Hubungan beberapa Digital
Library dan pelayanan informasi adalah transparan kepada pengguna akhir.
·
Tujuannya adalah akses secara
universal dan pelayanan informasi.
·
Koleksi Digital Library
adalah tidak terbatas terhadap dokumen, tetapi berkembang pada digital
artifacts yang tidak dapat di sajikan atau distribusikan dalam format tercetak.
b.
Video on
Demand
Video on
Demand menawarkan kemudahan bagi para pengguna untuk mengakses
resource-resource digital berupa video dengan alat yang menyenangkan pada waktu
dan kesempatan yang terbatas. Video ini biasanya berupa video pembelajaran,
yang dapat diakses sesuai kebutuhan, dan didistribusikan secara streaming melalui
jaringan komputer.
c. Wikipedia
Wikipedia
menawarkan kemudahan bagi para pengguna untuk berkolaborasi menyusun ensiklopedia.
Dengan wikipedia pengguna dapat membangun naskah secara kolaboratif, hingga
dapat menjadi ensiklopedia di Internet.
d. Blog
Blog
menawarkan kemudahan bagi para pengguna untuk membuat tulisan, baik formal
maupun informal, seperti buku harian. Blog adalah catatan seseorang yang dibuat
untuk konsumsi publik. Dengan blog ini kita bisa sharing ilmu pengetahuan.
e. Mobile Learning
Mobile Learning merupakan perwujudan elearning dalam perangkat
bergerak, seperti handpone/telepon genggam. Dengan mobile learning kita bisa
belajar melalui handpone kita. Materi dituangkan dalam modul untuk handpone.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar